khazanah Islam

Senin, 11 Maret 2013

Inilah Latar Belakang Konflik Malaysia Dengan kesultanan Suluh (Filiphina)


Sudah hampir sepekan ini, dunia dikejutkan dengan aksi baku tembak akibat sengketa wilayah Sabah, Malaysia antara Kesultanan Sulu, Filipina dengan pemerintah Malaysia.
Nama Sultan Sulu Jamalul Kiram III (74 tahun) semakin sering terdengar dan disebut-sebut dalam media massa.
Siapakah Kiram? dia adalah sultan ke-33 dan pemimpin simbolis kesultanan Sulu dengan pengut di Sulu dan provinsi-provinsi selatan yang ada di dekatnya. Pria ini lahir di Kota Maimbung, Filipina pada tahun 1938.

Kiram menghabiskan masa mudanya dengan menari, menanyi, dan berolahraga. Olahraga yang menjadi kesukaannya yaitu tenis.
Dia pun pernah bekerja sebagai disc jockey (DJ) di sebuah stasiun radio Jolo. Kiram mengaku,saat itu dia juga sering bepergian ke Sabah,Malaysia.
"Ketika saya di Sabah, saya merasa di rumah,"ujarnya. Istri Kiram, Fatima Celia mengatakan, suaminya mengambil pendidikan jurusan hukum pada era tahun 1960-an.
"Tapi dia gagal menyelesaikannya karena (pada saat yag sama) dia bergabung dengan kelompok tari budaya," ujar Celia.
Dia juga mencalonkan diri menjadi senator pada 2007, yang mengklaim didukung oleh mantan Presiden Filipin Gloria Macapagal Arroyo. Kiram pun sudah menghabiskan biaya yang tidak sedikit untuk kampanye.
Dari saat itulah, episode kehidupan sulit Kiram dimulai. Kegagalannya menjadi senator membuat Kiram dan keluarganya terjerat utang lantaran Kiram meminjam uang terlalu banyak unuk kampanye.
Pada 2012 lalu, dia didiagnosis menderita gagal ginjal dan mulai menjalani perawatan. Bicaranya pun kini mulai cadel. Membengkaknya biaya perawatan menyebabkan anggota keluarganya tidak membayar sewa bulanan rumah mereka.
Rumah Kiram pun dapat dibilang memprihatinkan. Berbeda dengan  anggota kerajaan yang identik hidup di istana megah dan gaya hidup yang mewah. "Saya sultan termiskin di dunia," kata Kiram.
Kiram tinggal di desa Maharlika, Manila, Filipina. Desa ini merupakan wiayah permukiman komunitas Muslim yang miskin di Filipina.
Sejak Kiram sakit, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat tidur, ditemani dengan dua tabung oksigen. Rumahnya juga beralih fungsi berfungsi sebagai kantor di mana dia bertemu pengunjung dan pengikunya untuk mencari segala macam bantuan.

Sultan Sulu Jamalul Kiram III  mengerti betul kalau sejak tahun 1963, keluarga kesultanan Sulu menyewakan tanah seluas 75 kilometer persegi kepada Malaysia.
Sultan merasa  biaya sewa tahunan yang dibayar Malaysia tergolong kecil, yaitu  5.300 ringgit Malaysia atau sekira  1.708 dolar Amerika Serikat (AS).
Untuk itu, Kiram ingin merebut kembali wilayah Sabah. Dia memerintahkan pengikutnya memasuki Sabah dan merebut kembali wilayah itu. Sedikitnya 150 loyalis Kiram memasuki wilayah Sabah sejak 9 februari lalu.
Praktis, terjadi baku tembak antara kedua belah pihak pada Jumat (1/3). Terdapat 14 korban tewas, dua diantaranya adalah pasukan Malaysia.
Pertempuran kembali terjadi pada Selasa (5/3). Saat itu Malaysia menggempur Distrik Lhad Datu, bagian Timur Sabah. Mereka juga mencari sekira 200 warga Filipina yang diyakini bersembunyi di sekitar perkebunan.
Hingga kini, situasi di Malaysia masih memanas. Baru-baru ini, polisi Malaysia menemukan enam yang petugas polisi Malaysia yang tewas di Kampung Simunul ,di Semporna, Sabah dengan kondisi dimutilasi, Rabu (6/3).
Mereka diyakini tewas pada Sabtu (2/3).  Dikabarkan , mayat itu dalam kondisi yang mengenaskan, ada yang kepalanya dipenggal dan matanya dicungkil.
Tapi kepala kepolisian Malaysia Inspektur jenderal Ismail Omar menolak untuk mengonfirmasi laporan laporan itu. Malaysia bersumpah untuk menghancurkan seluruh anggota Kesultanan Sulu yang menduduki Sabah.
Tapi, kesultanan Sulu berubah sikap. Mereka menyerukan gencatan senjata. "Sultan Kiram menyerukan gencatan senjata sepihak dari Kesultanan Sulu, efektif mulai Kamis pukul 12.30 (waktu setempat),’’ kata juru bicara Sultan Sulu Abraham Idjirani seperti dikutip dari The Star, Kamis (7/3) kemarin.
Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak mengatakan, Malaysia menolak untuk gencatan senjata. Kini kondisi Sabah semakin memanas. Korban yang tewas akibat konflik ini sedikitnya 30 orang.
Konflik ini pun sampai mendapat perhatian dari organisasi duinia. Sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) Ban Ki-Moon menyerukan  supaya kekerasan di Sabah segera diakhiri dan memulai dialog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar