khazanah Islam

Senin, 11 Maret 2013

Susan Carland, Temukan Kedamaian dalam Islam


Tahun 2004 menjadi tahun yang paling berkesan bagi Susan Carland. Wanita kelahiran Melbourne, Australia, ini terpilih sebagai Tokoh Muslim Australia (Australian Muslim of the Year) 2004. Sejak saat itu, sosoknya dikenal luas di seluruh penjuru Negeri Kangguru, bahkan hingga ke negeri tetangga.



Kendati pernah dinobatkan sebagai Tokoh Muslim Australia berpengaruh, sejatinya Susan bukan berasal dari keluarga Muslim. Kedua orang tuanya merupakan pemeluk Kristen yang taat. Ia sendiri baru mengenal Islam ketika menginjak usia 19 tahun.

Orang tuanya bercerai ketika Susan berusia tujuh tahun. Ia kemudian memilih tinggal bersama ibunya, yang dianggapnya sebagai sosok wanita yang gigih, penyayang, dan orang yang paling banyak memengaruhi perjalanan kehidupannya.

Sebagai pemeluk Kristen yang taat, sang ibu mengharuskan anak gadisnya aktif dalam kegiatan gereja dan mengikuti sekolah Minggu.
Ketika menginjak usia 12 tahun, ia memutuskan tidak lagi menghadiri kegiatan gereja dan mengikuti sekolah Minggu. ''Saat itu, saya beralasan saya tetap percaya kepada Tuhan meskipun tidak ke gereja,'' ujar Susan.

Keinginan yang kuat untuk mengenal Tuhan lebih jauh akhirnya mendorong Susan ikut aktif lagi di kegiatan gereja. Ia kemudian memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas gereja yang menurutnya terbilang lebih toleran dibandingkan yang pernah ia masuki.

Walaupun aktif dalam kegiatan gereja, diakui Susan, dirinya tetap bisa melalui masa remajanya seperti kebanyakan gadis seusianya. Pada waktu senggang, ia mengikuti kelas balet dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya yang diselenggarakan oleh sekolahnya.

Saat aktif di komunitas gereja baru ini, ia kerap mendengar pembicaraan orang-orang di sekitarnya yang mengaku berbicara dengan Tuhan dalam bahasa roh. Hal tersebut menimbulkan kebingungan dalam dirinya yang saat itu tengah mempelajari konsep mengenai ketuhanan.

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-17, Susan membuat beberapa resolusi di tahun baru. Salah satu resolusinya adalah menyelidiki agama-agama lain. ''Agama Islam saat itu tidak masuk dalam daftar teratas karena agama ini bagi saya terlihat asing dan penuh dengan kekerasan,'' ungkapnya.

Pengetahuan tentang Islam yang dimiliki Susan kala itu hanya sebatas pada penjelasan-penjelasan yang ia baca di buku ensiklopedia anak-anak dan dalam film berjudul Not Without My Daughter.

Di samping itu, ada juga pesan yang pernah disampaikan ibunya, beliau tidak peduli jika dirinya menikah dengan seorang pengedar narkoba sekalipun, asalkan jangan dengan seorang Muslim.

Lalu, kenapa Susan kemudian memilih Islam? Ada nilai lebih yang ia dapatkan dalam agama yang dibawa Nabi Muhammad saw, yakni kedamaian dan kelembutan. Kebalikan dari yang pernah ia dengar sebelumnya.

Saat disuruh menjelaskan bagaimana ia bisa memutuskan menjadi seorang Muslimah, ibu dua anak ini menuturkan kepada harian The Star, ia tidak bisa mengingat secara pasti, apakah dia menemukan Islam atau Islam menemukannya.

Yang pasti, kata Susan, semua peristiwa tersebut tidak pernah ia rancang sebelumnya. ''Hari itu, saya menyetel televisi dan mendapati diri saya sedang asyik menyaksikan sebuah program mengenai Islam,'' ujarnya.

Sejak saat itu, berbagai artikel mengenai Islam di koran dan majalah selalu menarik perhatiannya. Tanpa disadarinya, ia mulai mempelajari agama Islam.

Ketika dalam proses pembelajaran tersebut, Susan justru menemukan sebuah kelembutan yang tidak pernah ia temukan. Lagi pula, ajaran Islam menarik baginya secara intelektual.

''Agama ini jauh berbeda dibandingkan agama-agama yang pernah saya pelajari dan selidiki,'' ungkap Susan penuh ketakjuban.

Ia melanjutkan, ''Dalam Islam, ternyata tidak mengenal yang namanya pemisahan antara pikiran, tubuh, dan jiwa seperti halnya yang pernah saya pelajari dalam agama Kristen,'' papar dosen sosiologi Universitas Monash, Australia, ini menjelaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar